By: Muhammad Iqbal Filayani
Kontekstual
pembelajaran pertama kali yang diajarkan dalam rana tasawuf ialah pembelajaran
utuk tidak bergantung pada suatu usaha, amaliyah, kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Sebagaimana yang dikatakan oleh As Syekh Ibnu Athoillah
Assakandari dalam Kitab Al-Hikam:
من علماة الاعتماد على الاعمال نقصان الرجاء عند وجود الزلل
“Dan
termasuk tanda-tanda bergantung pada amal (usaha) ialah berkurangnya
pengharapan kepada Allah SWT tatkala terjadi sebuah kesalahan”.
Untain
perkataan Ibn Athoillah tersebut merupakan awal pembahasan dari ilmu tasawuf
bahwasanya bergantung pada usaha atau amaliyah tidak diperkanankan. Lebih jauh
lagi, hal ini membahas kepasrahan total pada Sang Maha Kuasa Allah SWT. Esensi
islam yang sesungguhnya adalah kepasrahan, makna islam sendiri ialah berserah
diri, berserah diri sepenuhnya pada Maha Pencipta Allah SWT. Para ahli tasawuf
memberikan pelajaran akan sebuah kepasrahan di awal bab ilmu tasawuf. Mereka
berpendapat untuk menuju pada Sang Maha Agung maka setiap manusia harus
mempunyai pembelajaran akan kepasrahan.
Kitab Al-Hikam membelajari manusia pembelajaran kepasrahan dengan
belajar tidak diperbolehkan manusia itu bergantung pada usahanya. Manusia tidak
diperkenankan mengucap bahwa keberhasilan yang didapat merupakan hasil usaha
dan jeri payahnya. Manusia memang diberi Allah sarana prasarana untuk
mendapatkan sesuatu yang ditakdirkan untuknya, misal manusia membutuhkan
makanan untuk dikonsumsi untuk mendapatkan energi dan energi tersebut digunakan
untuk beraktifitas tiap harinya, maka guna memenuhi kebutuhan makananya manusia
dibekali oleh Allah SWT dengan berbagai bekal dan cara untuk mendapatkan
makananya. Manusia dibekali kemampuan berbeda beda, ada yang memiliki kemampuan
dalam bermusik, kemampuan dalam pertanian, kemampuan dalam kerajian tangan,
kemampuan dalam berdagang, dan masih banyak lagi. Kemampuan-kemampuan yang
diberikan Allah SWT itulah yang dipergunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, ada yang bercocok tanam, ada yang menjual barang dan jasa, sehingga
manusia dapat memiliki alat tukar menukar seperti uang atau bahan makanan
pokok.
Manusia ketika memperoleh bahan makanan pokok tersebut, mereka mengelola
menjadi berbagai jenis makanan, dari makanan yang mereka olah, kemudian mereka
makan dan dari itulah mereka mendapatkan energi untuk beraktifitas. Namun
ketika makanan yang telah masuk ke dalam tubuh manusia dan diproses menjadi energi
atau senyawa kimia yang dibutuhkan tubuh maka proses ini sudah diluar kemampuan
manusia. Manusia tidak dapat mengontrol proses pengolahan makanan di dalam
tubuh mereka. Proses ini murni dilakukan secara seluler yaitu proses terjadi di
tingkat sel. Selanjutnya bagimana hubungan antar sel dengan dunia tasawuf,
pembahasan ini akan dilanjutkan pada edisi selanjutnya, dan untuk pembelajaran biologi umum silahkan melihat video di bawah ini
0 Comments