By: Muhammad Iqbal Filayani
Difteri merupakan penyakit toksik
yang disebabkan oleh suatu jenis mikroorganisme dari golongan bakteri yaitu Corynebacterium
diphtheriae. Bakteri tersebut membentuk pseudomembran pada saluran
pernefasan sehingga merusak saluran pernafasan, dan ada juga yang menyerang
kulit dan juga beberapa organ lainya. Corynebacterium diphtheriae biasa
menyerang pada anak kecil, orang tua dan menyebabkan kematian (Daskalaki,
2018). Namun pada epidemiologi sekarang ini difteri tidak hanya terjadi pada
anak kecil saja melainkan pada orang dewasa ( Sunarno et al., 2013).
Difteri ini merupakan penyakit menular pertama yang pengendalianya menggunakan
aplikasi mikrobiologi modern, imunologi, rekayasa genetika, bioteknologi dan
juga kesehatan masyarakat, sehingga penyebaran dan toksisitas difteri dapat
dikontrol terutama di negara maju (Daskalaki, 2018).
Etiologi
Corynebacterium merupakan bakteri anaerobik, tidak berkapsul dan
tidak berspora serta berbentuk batang (basil), umumnya non motil, Gram positif
(Gambar 1), katalase positif, oksidasi negatif dapat ditumbuhkan pada media
selektif yaitu media CTBA (Cystine-Tellurite Blood Agar), koloni positif
akan berwarna abu-abu sampai hitam (Poor et al., 2017). Mempunyai tiga
sub spesies yaitu C. diphtheriae mitis, C. diphtheriae gravis, C. diphtheriae
intermdius, dan ketiganya dapat menghasilkan toksik. Ketiga sub spesies
tersebut dibedakan atas morfologi koloni, kemampuan hemolisisnya dan juga
reaksi fermentasi. Selain C.diphtheriae yang toksik ada juga C.diphtheriae
yang non-toksik, akan tetapi spesies yang non-toksik dapat berubah menjadi
toksik memalui infeksi lisogenik (Daskalaki, 2018).
Epidemiologi
Bakteri Coryneform ("diphtheroids") ada di mana-mana di
alam. Mereka ditemukan pada kulit manusia dan selaput lendir, pada tanaman, di
tanah, di air tawar dan air asin. Manusia adalah satu-satunya yang diketahui sebagai
sumber diisolasinya C. diphtheriae, meskipun strain baru diisolasi dari kucing
(Christenson et al., 1983). Difteri terjadi secara luas di daerah yang
beriklim sedang dan insidensinya dapat berlangsung berbulan bulan selama musim
dingin. Difteri sering terjadi pada negara berkembang dimana tingkat imunisasinya
masih rendah.
Daskalaki,
I. 2018. Corynebacterium diphteriae Principle and Practice of Pediatric
Infectious Disease (Fith Edition). Philadelphia: Elsivier, Inc. All right
reserved
Poor
A. P., L. Z. Moreno, C. E. C. Matajira, B. M. Parra, V. T. M. Gomes, P. S.
Silva, M. C. Dutra, A. P. G. Christ, M.
R. F. Barbosa, M. I. Z. Sato, A. M. Moreno. 2017. Characterization of Corynebacterium
diphtheriae, C. confusum and C. amycolatum Isolated from Sows
with Genitourinary Infection. Veterinary Microbiology 207:149–152
Sunarno, K.
Ariadji, H. A. Wibowo. 2013. Potensi Gen dtx dan dtxR Sebagai
Marker Untuk Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenisitas Corynebacterium
diphtheriae. Bul. Penelit. Kesehat 41(1): 1 – 10
0 Comments